Sambatan merupakan tradisi jawa istilah gotong royong, yang biasa dipakai masyarakat pedesaan untuk saling membantu. Biasanya dalam hal membangun atau membongkar rumah. Berbeda dengan tradisi di beberapa kampung, sambatan bisa diartikan luas misalnya warga bergotong-royong membantu petani (pemilik lahan) dalam menanam atau memanen dengan memberi tenaganya tanpa di bayar dan sebagai ucapan terima kasih dari sang pemilik lahan (petani) menyediakan menu makanan, kopi, dan rokok. Budaya seperti ini sudah pernah saya rasakan di pedesaan yang masih mengutamakan kebersamaan bergotong-royong.
Seiring berkembangnya waktu budaya seperti ini lama-kelamaan berangsur-angsur hilang dan digantikan dengan tenaga kerja 'buruh harian atau upah'. Selain susahnya tenaga kerja yang tersedia para pekerja lebih memilih mengadu nasib di kota-kota besar. Terdapat pergeseran sistem gotong royong dengan sambatan menjadi sistem upah, dalam bidang pertanian misalnya sekarang ini warga yang terlibat dalam 'tandur' di beri upah oleh pemilik atau petani penggarap sawah, perubahan semacam ini tidak bisa lepas dari tuntutan zaman ketika lapangan kerja yang semakin menyempit dan kebutuhan hidup yang semakin tinggi, warga yang dulunya murni bergotong royong kini menjadikan sawah sebagai lapangan kerja dan akhirnya sambatan pun lambat laun mulai hilang.
Beberapa alasan lainya kenapa tradisi ini mulai hilang??
pertama, adanya sebagian warga yang tidak memiliki ketersediaan waktu untuk menghadiri sambatan karena sibuk kerja.
Kedua, sebagian warga tidak memerlukan bantuan sambatan mereka lebih percaya kepada orang yang profesional atau ahlinya.
ketiga, susahnya dan minimnya ketersediaan tenaga kerja yang bisa diminta bantuanyan.
Begitulah kira-kira sedikit gambaran tentang arti sambatan, yaitu sistim gotong royong di pedesaan dengan cara mengerahkan tenaga kerja secara massal yang berasal dari warga kampung itu sendiri untuk membantu keluarga yang sedang mengerjakan sesuatu entah itu membangun rumah, menanam atau memanen padi, pesta pernikahan dan lain-lain. Tujuan sambatan itu sendiri sebenarnya sangat simple, yaitu untuk meringankan pekerjaan seseorang.
Seiring berkembangnya waktu budaya seperti ini lama-kelamaan berangsur-angsur hilang dan digantikan dengan tenaga kerja 'buruh harian atau upah'. Selain susahnya tenaga kerja yang tersedia para pekerja lebih memilih mengadu nasib di kota-kota besar. Terdapat pergeseran sistem gotong royong dengan sambatan menjadi sistem upah, dalam bidang pertanian misalnya sekarang ini warga yang terlibat dalam 'tandur' di beri upah oleh pemilik atau petani penggarap sawah, perubahan semacam ini tidak bisa lepas dari tuntutan zaman ketika lapangan kerja yang semakin menyempit dan kebutuhan hidup yang semakin tinggi, warga yang dulunya murni bergotong royong kini menjadikan sawah sebagai lapangan kerja dan akhirnya sambatan pun lambat laun mulai hilang.
Beberapa alasan lainya kenapa tradisi ini mulai hilang??
pertama, adanya sebagian warga yang tidak memiliki ketersediaan waktu untuk menghadiri sambatan karena sibuk kerja.
Kedua, sebagian warga tidak memerlukan bantuan sambatan mereka lebih percaya kepada orang yang profesional atau ahlinya.
ketiga, susahnya dan minimnya ketersediaan tenaga kerja yang bisa diminta bantuanyan.
Begitulah kira-kira sedikit gambaran tentang arti sambatan, yaitu sistim gotong royong di pedesaan dengan cara mengerahkan tenaga kerja secara massal yang berasal dari warga kampung itu sendiri untuk membantu keluarga yang sedang mengerjakan sesuatu entah itu membangun rumah, menanam atau memanen padi, pesta pernikahan dan lain-lain. Tujuan sambatan itu sendiri sebenarnya sangat simple, yaitu untuk meringankan pekerjaan seseorang.
Tradisi Sambatan di Pedesaan
4/
5
Oleh
Sugiyono